HISTORISITAS KEDATON KIYE PADA KESULTANAN TIDORE Oleh : La Raman
Sejarah Pembentukan Kedaton Kie
Sejarah pendirian kedaton Kie di Soasio tidak dapat di lepas pisahkan daripada pusat aktifitas Kesultanan Tidore lama di Rum. Hal ini di katakana demikian karena, Sultan yang pertama sampai Sultan yang ke 14 berkedudukan di Rum. Untuk memperlancar aktivitas pemerintahannya maka pada masa pemerintahan Sultan Djamaluddin (Tjiliriati) tahun 1405-1462 Masehi mendirikan Kedaton dengan nama “Selawaring” Pendirian Kedaton Selawaring ini dapat mempengaruhi perkembangan aktifitas Kesultanan Tidore, sekaligus menjadi embrio sejarah perjuangan dalam mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore.
Dalam perkembangan selanjutnya pusat aktifitas pemerintahan yang tadinya berkedudukan di Rum di pindahkan ke Toloa juga dalam wilayah Pulau Tidore. Perpindahan berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah pada tahun 1633-1653 Masehi dan mendirikan kedaton dengan nama “Biji Nagara” perpindahan pusat pemerintahan dari Rum ke Toloa di dasarkan atas 2 faktor:
1. Faktor politik
Karena kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate pada saat itu saling merebut dan memperluas wilayah kekuasaan sehingga selalu terjadi peperangan antara Tidore dan Ternate, untuk itu di lihat dari faktor politik tidak menguntungkan dari segi keamanan karena letaknya saling berdekatan dengan Ternate.
2. Faktor emosional
Karena pada saat itu Pulau Tidore secara keseluruhan terdiri dari 12 Gimalaha yaitu:
a. Gimalaha Dokiri
b. Gimalaha Banawa
c. Gimalaha Tomanyili
d. Gimalaha Gamtohe
e. Gimalaha Tomaidi
f. Gimalaha Tahisa
g. Gimalaha Tomalou
h. Gimalaha Tonguai
i. Gimalaha Mare
j. Gimalaha Mareku Laho
k. Gimalaha Mareku Laisa
Dari ke 12 Gimalaha di atas 50 % berkedudukan di Toloa yang dalam bahasa Tidore di sebut “Gimalaha Rora” yang artinya enam Gimalaha. Status Gimalaha pada saat itu kalau di bandingkan dengan sistim pemerintahan sekarang adalah sebagai DPR, atas kesepakatan Gimalaha Rora dan Gimalaha Tuguiha maka mereka memindahkan Sultan yang tadinya berkedudukan di Rum di pindahkan ke Toloa (wawancara dengan Ismail Dukomalamo,S.Pd, tanggal 28 Maret 2007).
Selama pusat pemerintahan berada di Toloa kurang lebuh 24 tahun aktivitas kesultanan kurang berkembang, sehingga pada masa pemerintahan Sultan Saifuddin, beliau memerintahkan kepada ahli nujum untuk melihat sebab-sebab kurang berkembangnya aktivitas pemeritahan tersebut. Dari ahli nuzum di ketahui bahwa kurang berkembangnya aktivitas pemerintahan di sebabkan karena Sultan (Jou) berada di daerah matahari terbenam yang sebetulnya Sultan harus berada di daerah matahari terbit. Sehingga hal ini di sampaikan kepada ke 12 Gimalaha, akhirnya ke 12 Gimalaha mengambil keputusan untuk memindahkan aktivitas pemerintahan dari daerah matahari terbenam ke daerah metehari terbit yakni dari Toloa ke Limau Timure sekarang Soasio. Perpindahan berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Saifuddin alias Jou
Namanya Kedaton Kie, hal ini menunjukan bahwa Kedaton tersebut adalah milik seluruh rakyat Tidore untuk itu tanggung jawab aktivitas pemerintahan bukan hanya berada di tangan seorang Sultan (Jou) tetapi lebih dari itu adalah tanggung jawab seluruh rakyat Tidore.
Kedaton Kie pada saat pertama didirikan belum dalam bentuk permanent tetapi di buat dari bambu (dinding) dan alang-alang (atap), dalam perkembangan selanjutnya yaitu pada masa pemerintahan Sultan XXX (Sultan Muhiddin Muhammad Taher) tahun 1811-1831, beliau menggantikan Kedaton bambu dengan permanent. Pembangunan Kedaton permanen di mulai pada tahun 1811 Masehi dan berakhir pada tahun 1861 Masehi (50 tahun). Arsitektur atau tukang (Kipu) bernama “Belo Tuduho”.
Pada masa Pemerintahan Sultan Muhiddin Muhammad Taher Kedaton tersebut belum selesai di bangun, dan di lanjutkan oleh Sultan XXXI (Sultan Mansur Siradjuddin) berkuasa pada tahun 1831-1856, juga belum bisa di selesaikan pembangunan Kedaton tersebut. Akhirnya di selesaikan oleh Sultan Ahmad Saifuddin (Sultan XXXII) berkuasa pada tahun 1856-1865 Masehi, jadi yang menempati Kedaton permanen pertama adalah Sultan XXXII. Menurut catatan sejarah Kedaton Kie (permanen) hanya di tempati oleh tiga orang Sultan yaitu dari Sultan XXXII sampai Sultan XXXIV (1905). Setelah berakhirnya masa pemerintahan Sultan XXXIV maka pemerintahan Belanda tidak mau lagi mengangkat Sultan yang baru dengan alasan tidak ada figur yang baik untuk di nobatkan sebagai Sultan. Dengan demikian terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga Sultan yang mengakibatkan kekosongan pemerintahan Kesultanan Tidare selama 42 tahun. Sebagai akibat dari kekosongan pemerintahan maka Kadaton Kie yang tadinya merupakan pusat aktivitas pemerintahan dan tempat tinggal mengalami kehancuran total (wawancaran dengan Maswin A. Rahman, S.Pd , 25 Maret 2007).
a. Lokasi dan Arsitektur
Kadaton Kie di bangun di atas tanah dengan luas keseluruhan 150 x 100 M, berbentuk empat persegi panjang. Bentuk Kadaton mempunyai hubungannya dengan kepercayaan masyarakat setempat, yang dalam bahasa Tidore di sebut “Lang Kie” artinya bagian atas Kadaton tidak bisa membelah gunung tetapi harus sejajar dengan bentuk gunung. Kedudukan Kedaton Kie sangat strategis sebab berada di atas ketinggian 7 M di atas permukaan air laut. Pembangunan Kadaton Kie alat dan bahan yang di gunakan antara lain yaitu:
1. Batu
2. Pasir
3. Kapur
1. Perekat dari getah kayu
Bahan-bahan tersebut di atas semuanya di peroleh di pulau Tidore di kerjakan oleh seluruh masyarakat Kesultanan Tidore. Cara pembuatan Kadato ini bisa di katakana masih sederhana yaitu; kapur dan pasir di aduk sampai ratah dengan getah kayu kemudian di tinggalkan selama satu hari, setelah itu di aduk lagi dengan getah kayu kemudian batu-batu di atur dan di lengketkan dengan campuran tersebut (wawancara dengan M. Amin Faruuk tanggal 14 Januari 2007).
b. Dinding Kadaton
Dinding bangunan utama, tebal rata-rata90 cm dan tebal fondasi 1 meter, terdiri dari pemasangan jenis batu campuran yaitu; jenis batu karang dan jenis batu granit. Ukuran batu tersebut adalah 20-25x25-30 cm. Inipun tidak terlalu beraturan sehingga pemasangan batu-batupun tidak beraturan, vertical maupun horisontal. Kedaton Kie di kelilingi dengan pagar, dengan ukuran masing-masing; tebal dinding 40 cm, tebal fondasi 50 cm dan tinggi tembok 3 meter.
c. Ruang-ruang Kadaton
Arsitektur bangunan Kedaton Kie seluruh konstruksi bangunan berhungan dengan Islam yakni jumlah anak tangga sebanyak
Menurut catatan sejarah dan peninjauan penulis di lapangan bahwa ruangan dalam Kedaton terdiri dari; Kamar Sultan, kamar keluarga, kamar mandi, gudang makanan, ruang rapat I, dan ruang rapat II. Kedaton Kie juga di lengkapi dengan dua buah rumah monyet dan satu buah lapangan yang di beri nama “Sonyige Salaka” yang artinya lapangan perak. Seperti di katakana di atas bahwa kondisi Kadaton dalam keadaan rusak, kerusakan ini tidak saja di sebabkan oleh factor ketuanan, tetapi juga akibat dari ulah manusia sekitarnya yang sengaja merusak bangunan tersebut untuk di ambil batu-batunya guna keperluan rumah mereka.
Keadaan Kadaton Kie Dewasa Ini
Kadaton Kie dewasa ini telah mengalami proses renovasi kembali secara total dan untuk proses ini pemerintah daerah dan Kesultanan Tidore telah melakukan kunjungan ke negeri Belanda dalam upaya mendapatkan gambar orisinil kedaton Kie. Anggaran pembangunan kembali Kedaton Kie dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tidore Kepulauan. Pembangunan kembali kedaton Kie merupakan dambaan seluruh rakyat Tidore yang melihat kembali Istana kesultanan yang menjadi bukti kejayaan kesultanan Tidore di masa lampau.
Untuk menjaga kelestariannya maka lokasi Kadaton berada di bawah pengawasan pihak Departemen Pariwisata Kota Tidore Kepulauan. Secara keseluruhan dari kondisi dan situasi Kadaton dapat di jelaskan sebagai berikut.
1. Pagar Kadaton
Kondisi pagar Kadaton sekitar 45 % sudah di renovasi.
2. Dinding dan ruangan dalam Kadaton
- Dinding-dinding Kadaton sekitar 85% telah diperbaiki.
- Ruangan dalam Kadaton sekitar 85% diperbaiki.
Hingga sekarang ini tilah dilakukan upaya-upaya merampungkan pembangunan kembali Kedaton Kie dan tindakan-tindakan penyelamatan lainnya demi untuk kelestariannya.
3. Situasi dan kondisi lingkungan sekitar Kadaton Kie.
Luas Kadaton adalah 150x100 meter =1500 meter persegi dan sekarang ini di jadikan obyek sejarah. Di depan Kadaton sekitar 300 meter terdapat bekas jembatan yang panjangnya sekitar 125 meter ke laut. Di sebelah Utara terdapat rumah-rumah rakyat, sebelah Selatan terdapat kompleks pemakaman Sultan Tidore, di depan Kadaton juga terdapat lapangan Sonyinge Salaka, di dalam lapangan tersebut terdapat makam Sultan Zainal Abidin Syah, dan di belakang Kadaton terdapat kebun-kebun rakyat.
Buton 3
Buton 2
Molukken 2
Molukken
Wael Historian
Buton Island
Blog Archive
- 2023 (1)
- 2012 (4)
- 2011 (2)
-
2010
(19)
- November(1)
-
Juni(18)
- KESADARAN DEKONSTRUKTIF DAN HISTORIOGRAFI INDONE...
- KESADARAN DEKONSTRUKTIF DAN HISTORIOGRAFI INDONESI...
- PEMBAHASAN TEORI SPEKULATIF DAN KRITIS Oleh Raman
- SANGADJI : Historisitas Sebagai Pemerintahan Adat ...
- PEMBAHASAN TEORI DIALEKTIK, DETERMINISTIK, POSITIV...
- PEMBAHASAN TEORI EMPIRIS, MATAFISIS, DAN RELIGIUS ...
- PEMBAHASAN TEORI LINEAR, CYCLICAL, DAN SPIRAL Oleh...
- HISTORISITAS KEDATON KIYE PADA KESULTANAN TIDORE O...
- PETANI DAN KAUM URBAN “Transmormasi Petani dan Mas...
- SEKITAR MASUKNYA ISLAM KE TIDORE DAN PEMBENTUKAN P...
- MITOS ODE WUNA, CENGKIH DAN POLA KEHIDUPAN MARITI...
- KELOMPOK PENDUKUNG GERAKAN RMS PADA MASA REVOLUSI ...
- Alamat Redaksi Media Cetak
- Keterangan atas Monopoli dan Monopolis oleh Condor...
- SEJARAH PENDEK DARI KONSEP MONOPOLI.
- 5. ORANG PORTUGIS DI TERNATE
- Pengembangan Media
- Prinsip Visual (Pengembangan Media)
Daftar Blog Saya
Total Tayangan Halaman
Agung
Pengikut
About Me
- WAEL HISTORIAN
- Seorang anak maritim yang dilahirkan di Dusun Terpencil di Pulau Seram Propinsi Maluku.
Arsip Blog
-
▼
2010
(19)
-
▼
Juni
(18)
- KESADARAN DEKONSTRUKTIF DAN HISTORIOGRAFI INDONE...
- KESADARAN DEKONSTRUKTIF DAN HISTORIOGRAFI INDONESI...
- PEMBAHASAN TEORI SPEKULATIF DAN KRITIS Oleh Raman
- SANGADJI : Historisitas Sebagai Pemerintahan Adat ...
- PEMBAHASAN TEORI DIALEKTIK, DETERMINISTIK, POSITIV...
- PEMBAHASAN TEORI EMPIRIS, MATAFISIS, DAN RELIGIUS ...
- PEMBAHASAN TEORI LINEAR, CYCLICAL, DAN SPIRAL Oleh...
- HISTORISITAS KEDATON KIYE PADA KESULTANAN TIDORE O...
- PETANI DAN KAUM URBAN “Transmormasi Petani dan Mas...
- SEKITAR MASUKNYA ISLAM KE TIDORE DAN PEMBENTUKAN P...
- MITOS ODE WUNA, CENGKIH DAN POLA KEHIDUPAN MARITI...
- KELOMPOK PENDUKUNG GERAKAN RMS PADA MASA REVOLUSI ...
- Alamat Redaksi Media Cetak
- Keterangan atas Monopoli dan Monopolis oleh Condor...
- SEJARAH PENDEK DARI KONSEP MONOPOLI.
- 5. ORANG PORTUGIS DI TERNATE
- Pengembangan Media
- Prinsip Visual (Pengembangan Media)
-
▼
Juni
(18)
About
Iklan
Blogger templates
Postingan Populer
-
Mareku: Kilas Balik Dalam Pemerintahan Sangaji Jiko Malofo. Kelurahan Mareku yang kita kenal hari ini adalah bera...
-
Dalam disiplin sejarah tidak hanya mempelajari masalah metode dan metodologi saja. berbagai macam teori pun dibahas dan dipelajari dengan ...
-
Ketika perbincangan tentang sastra dan sejarah memasuki dunia wacana dekonstruktif di samping konstruktif dan rekonstruktif. Sebagai sebua...
-
Paper yang terakhir ini akan mengupas bagaimana teori dialektis, deterministic, positivis dan post kolonialis. Teori pertama yang dibahas ...
-
BAB III PRINSIP VISUAL Knowledge Objective 1. Menjelaskan peran yang dimainkan dalam instruksi visual 2. Definisikan arti visual literacy me...
-
Bagi sebagian sejarawan Indonesia , dekonstruksi adalah sebuah kata yang seolah-olah seperti penyakit menjijikkan dan sekaligus mematikan ...
-
Teori-teori yang berkembang ternyata tidak selamanya diteria, bahkan kadang-kadang ada sangkal-menyangkal antara teori yang satu dengan te...
-
Yinda-Yindamo arata somana karo, Yinda-Yindamo karo sumana lipu, Yinda-Yindamo lipu somana sara, Yinda-Yindamo sara somana Agama. Korbanka...
-
Tidore merupakan salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke bumi nusantara, Tidore dikenal dengan...
Entri Populer
-
Dalam disiplin sejarah tidak hanya mempelajari masalah metode dan metodologi saja. berbagai macam teori pun dibahas dan dipelajari dengan ...
-
Teori-teori yang berkembang ternyata tidak selamanya diteria, bahkan kadang-kadang ada sangkal-menyangkal antara teori yang satu dengan te...
-
Teori Spekulatif Filsafat sejarah spekulatif mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya. F...
-
Paper yang terakhir ini akan mengupas bagaimana teori dialektis, deterministic, positivis dan post kolonialis. Teori pertama yang dibahas ...
-
Mareku: Kilas Balik Dalam Pemerintahan Sangaji Jiko Malofo. Kelurahan Mareku yang kita kenal hari ini adalah bera...
-
Oleh: La Raman A. Latar Belakang Masalah Benang-merah yang menautkan dan melandasi hampir semua amuk sosial di tanah-air kita belakang...
-
Yinda-Yindamo arata somana karo, Yinda-Yindamo karo sumana lipu, Yinda-Yindamo lipu somana sara, Yinda-Yindamo sara somana Agama. Korbanka...
-
oleh Claessen Marcel * * Catatan: Artikel ini adalah terjemahan lengkap dari bab pertama dalam tesis PhD saya: MS Claessen, Enkele beschouwi...
-
Tidore merupakan salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke bumi nusantara, Tidore dikenal dengan...
-
Sejarah Pembentukan Kedaton Kie Sejarah pendirian kedaton Kie di Soasio tidak dapat di lepas pisahkan daripada pusat aktifitas Kes...
Entri Populer
-
Dalam disiplin sejarah tidak hanya mempelajari masalah metode dan metodologi saja. berbagai macam teori pun dibahas dan dipelajari dengan ...
-
Teori-teori yang berkembang ternyata tidak selamanya diteria, bahkan kadang-kadang ada sangkal-menyangkal antara teori yang satu dengan te...
-
Teori Spekulatif Filsafat sejarah spekulatif mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya. F...
-
Paper yang terakhir ini akan mengupas bagaimana teori dialektis, deterministic, positivis dan post kolonialis. Teori pertama yang dibahas ...
-
Mareku: Kilas Balik Dalam Pemerintahan Sangaji Jiko Malofo. Kelurahan Mareku yang kita kenal hari ini adalah bera...
-
Oleh: La Raman A. Latar Belakang Masalah Benang-merah yang menautkan dan melandasi hampir semua amuk sosial di tanah-air kita belakang...
-
Yinda-Yindamo arata somana karo, Yinda-Yindamo karo sumana lipu, Yinda-Yindamo lipu somana sara, Yinda-Yindamo sara somana Agama. Korbanka...
-
oleh Claessen Marcel * * Catatan: Artikel ini adalah terjemahan lengkap dari bab pertama dalam tesis PhD saya: MS Claessen, Enkele beschouwi...
-
Tidore merupakan salah satu pulau yang terdapat di gugusan kepulauan Maluku. Sebelum Islam datang ke bumi nusantara, Tidore dikenal dengan...
-
Sejarah Pembentukan Kedaton Kie Sejarah pendirian kedaton Kie di Soasio tidak dapat di lepas pisahkan daripada pusat aktifitas Kes...
0 komentar:
Posting Komentar