Powered By Blogger
Senin, 14 Juni 2010

5. ORANG PORTUGIS DI TERNATE

5. ORANG PORTUGIS DI TERNATE

Periode sejarah Ambon yang paling padat dan kaya dengan peristiwa-peristiwa besar terjadi sekitar tahun 1500. Dua diantara peristiwa-peristiwa besar itu telah dibicarakan yakni mengenai mulai dikembangkannya budi daya cengkih serta kedatangan Islam. Peristiwa ketiga yang besar adalah ditemukannya Maluku oleh bangsa Portugis.

Peristiwa pertemuan pertama orang Hitu dengan orang Portugis dikisahkan melalui versi Hitu sebagai berikut; “pada suatu hari ada sebuah perahu nelayan asal Hitu mencari ikan disekitar Pulau Tiga. Tetapi sekonyong-konyong masyarakat melihat mereka berlayar pulang denag amat tergesah-gesah dan penuh ketakutan lalu segera menghadap kepala suku mereka, yaitu Perdana Jamilu. Mereka mengatakan bahwa mereka bertemu orang-orang yang aneh di Pulau Tiga yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Tubuh orang-orang itu putih dan mata mereka seperti mata kucing. Para nelayan bertanya dari mana mereka datang, tetapi jawaban yang diterima adalah dalam suatu bahasa yang asing yang sama sekali tidak mereka pahami. Mereka juga tidak tahu dari mana orang-orang ini berasal. Maka segera Perdana Jamilu memerintahkan orang-orangnya untuk menjemput orang-orang asing Pulau Tiga itu. Setelah tiba ternyata mereka bisa berkomunikasi dengan bahasa Melayu”. Rupanya bahasa Melayu merupaka bahasa pengantar dalam dunia perdagangan yang sudah tersebar secara luas di kepulauan Nusantara”. Dari mana mereka datang dan apa nama tanah air mereka. Orang-orang asing itu menjelaskan bahwa mereka datang dari suatu Negara yang bernama Portugal dan mereka hilang jalan dan terdampar di Pulau Tiga”. Demikianlah versi dari Hitu.

Tetapi versi Portugis mengenai pertemuan pertama Portugis dengan Hitu adalah sebagai berikut. Setelah tahun 1509 Portugal berhasil menduduki Goa di Hindia Depan, dan membangun pusat kekuasaan mereka di situ, maka 2 tahun kemudian Raja Muda Portugal Alfanso d`Albuquerque berhasil mengalahkan dan menduduki Malaka. Dengan keberhasilan ini Portugis dapat mengetahui 2 route pelayaran; yang satu menuju ke Utara yaitu ke Jepang dan Cina dan satu ke Timur yaitu ke kepulauan rempah-rempah. Satu tahun kemudian Alfonso d`Albuquerque mengutus 3 buah kapal menuju ke kepulauan rempah-rempah melalui Jawa dan Maluku. Penunjuk jalan yang dipakai pada waktu itu adalah pelaut-pelaut pribumi yang sudah mengetahui route menuju ke kepulauan rempah-rempah. Namun demikian hanya satu kapal saja yang berhasil tiba di tempat tujuan, yakni kapal yang berada di bawah pimpinan Fransesco Serrao. Tetapi sayang sekali kapalnya kandas di kepulauan Penyu yang terletak di sebelah Selatan daripada pulau Ambon. Tak lama kemudian orang-orang Portugis ini melihat ada sebuah perahu nelayan yang datang mendekat, tetapi mereka menyangka itu adalah perahu bajak laut, maka mereka bersembunyi. Dan ketika perahu itu mendarat di pantai mereka berhasil menyerang dan menguasai para nelayan itu. Akhirnya para nelayan tersebut mengantarkan orang-orang asing tersebut ke Hitu. Ternyata mereka di terima dengan baik di Hitu. Kebetulan pada saat itu Hitu sedang berperang melawan Hoamoal di Seram. Dan orang-orang Portugis membantu Hitu berperang melawan Hoamoal. Akibat kemenangan ini pamor orang portugis semakin tinggi. Berita tentang kehebatan Portugis ini terdengar sampai ke Ternate dan Tidore. Maka kedua Raja Ternate dan Tidore mengundang orang Portugis untuk mengunjungi mereka, tetapi karena utusan Ternate lebih dahulu sampai, maka akhirnya orang Portugis dibawah pimpinan Fransesco Serrao berlayar menuju Ternate. Ini merupakan kontak Portugis yang pertama dengan Ternate. Dan pada pertemuan ini belum banyak rempah-rempah yang dapat dibeli oleh Portugis. Tetapi pada tahun-tahun kemudian kapal-kapal Portugis secara teratur mengunjungi Ternate untuk membeli rempah-rempah dalam jumlah yang lebih besar. Beberapa kunjungan berikutnya terjadi pada tahun 1513, disusuli pada tahun 1518 dan 1519. Mereka sanggup membeli cengkih dalam jumlah yang besar karena sudah pasti bahwa membeli cengkih langsung pada sumbernya adalah lebih murah. Akhirnya pada tanggal 24 Juni 1522, penguasa portugis yang pertama di Maluku, yaitu Antonio de Britto, membangun benteng Portugis yang pertama di Ternate. Benteng ini bernama “Nostra Senhora de Rosario”. Pekerjaan pembangunan benteng itu memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya, bahkan rupanya pembangunan benteng tersebut tidak pernah terselesaikan. Dewasa ini kita masih dapat melihat puing-puinngya saja. Oleh masyarakat setempat benteng Portugis yang pertama ini disebut “Gam Lamo” yang berarti benteng besar. Lonceng gereja milik benteng ini di kemudian hari dipindahkan ke rumah jaga atau suatu benteng milik Belanda yang kecil yang sampai dengan tahun 1950 di sebut benteng “Oranje”. Pada lonceng gereja Portugis ini ada tulisan-tulisan Latin yang berupa suatu syair yaitu sebuah doa yang dipanjatkan kepada “Bunda Maria” sebagai berikut:



O Maria Flos Virginum Velut Rosa vel Lilium

Funde Preces ad Filium Pro Salute Fidelium

O Maria, kembang anak perawan Bagaikan mawar atau leli

Sampaikan doa kepada Anakmu Bagi kesejahteraan orang percaya





Selanjutnya kurang lebih setengah abad kemudian yaitu dari tahun 1520 sampai 1570 bangsa Portugis berhasil melancarkan strategi dagangnya dengan baik di Ternate dengan memusatkan kegiatan di benteng mereka tersebut. Hubungan mereka dengan Raja Ternate dan pedagang-pedagang Islam berjalan dengan cara yang cukup aneh. Karena sesekali mereka saling membutuhkan yaitu untuk menjul dan membeli rempah-rempah dan rupanya orang Portugis membayar dengan harga yang memadai. Disamping itu orang-orang Portugis itu memiliki pamor yang lebih baik, karena mereka bersenjata lebih baik, memakai helmet, baju besi, pedang dan senjata api, lagi pula mereka memiliki kapal-kapal layar yang besar yang diperlengkapi dengan meriam, mereka juga bisa membangun benteng-benteng yang besar dan mereka berdiam dirumah-rumah yang terbuat dari batu. Maka tidak mengheranklan bahwa status mereka lebih tinggi daripada masyarakat setempat. Maka Raja Ternate juga sudah mulai berpakaian bergaya seperti orang Portugis. Didalam peperangan ia memakai helmet Portugis serta sebilah pedang Eropa dan menyendang senjata api. Di zaman sekarang perlengkapan perang Portugis ini masih terlihat dalam tarian-tarian perang berupa helmet Portugis yang dihiasi bulu burung Cenderawasih. Selebihnya kota Ternate juga dibangun menurut gaya Eropa, yaitu yang berbentuk berkotak-kotak serta rumah-rumah dibangun dengan bahan dari batu dalam gaya Portugis. Mereka juga menggali sumur serta memasang suatu sistem jaringan penyaluran air (waterleiding) membuat kebun buah-buahan, bahkan mereka juga mencoba membuat sebuah kebun anggur. Orang-orang pribumi yang belum beragama mengambil nama-nama Portugis seperti misalnya di Ternate Dona Isabella dan di Tidore Henrique Joao dan seterusnya.

Sebalikya penduduk pribumi dan bangsa Portugis sering kali bersitegang mengenai harga cengkih serta kualitas daripada cengkih. Sifat Portugis yang kelihatannya mau menang sendiri ini membangkitkan ketidak-senangan diantara masyarakat. Hal ini dapat dimengerti kiranya karena bangsa Portugis itu telah berlayar sekian jauh, menentang ombak dan badai, penyakit dan peperangan sehingga wajar apabila mereka menghendaki keuntungan yang sebesar-besarnya daripada segala jerih payah mereka. Salah satu contoh adalah Antonio Galvao (1537-1540). Dengan nyata-nyata ia berusaha menjalankan dagangnya sedemikian rupa sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya ia dapat meraih keuntungan yang sebesar-bsarnya, dan kembali ke Portugal sebagai orang yang kaya raya.

Namun batu sandungan yang terbesar antara orang Ternate dan Portugis adalah soal agama, yaitu antara Islam dan Kristen. Walaupun orang-orang Portugis itu bukan penganut agama yang setia, namun demikian mereka tetap menganggap bahwa mereka adalah orang Kristen dan berusaha menyebarkan agama Katholik di antara para pribumi. Dan untuk melaksanakan usaha-usaha penyebaran agama Kristen Katholik orang Portugis itu dibantu oleh para missionaris. Berulang kali para missionaris itu berusaha membaptiskan Raja Ternate dan keluarganya dengan suatu harapan bahwa apabila ia sudah memeluk agama Kristen, maka masyarakat pasti akan ikut. Namun usaha ini tidak berhasil karena Islam sudah berurat akar cukup mendalam, dan mereka adalah pemeluk-pemeluk agama yang setia. Walaupun demikian usaha Portugis ini pernah hampir berhasil, yaitu ketika Tabariji berkuasa di Ternate antara tahun 1533-1545. Pada saat itu Tabariji mengeluh terhadap pemerintah Portugal yang waktu itu berada dibawah pimpinan Kapita D’Ataide, yaitu dari tahun 1533-1536. Orang Portugis berhasil menangkapnya dan memenjarakannya didalam benteng mereka, lalu mengangkat saudaranya sebagai Raja. Tetapi pada saat itu terjadi suatu kecelakaan, yaitu ibu daripada Tabariji terjatuh dari jendela dan terluka parah. Akhirnya, Tabariji dikirim ke Goa dan dalam perjalanan ini Tabariji berkenalan dengan seorang Portugis yang berpangkat cukup tinggi yakni Jordao de Freitas. Orang Portugis tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap Tabariji, sehingga Tabariji bersedia di baptis. Maka Tabariji mengganti namanya menjadi Manuel. Sebagai ucapan rasa terima kasihnya, maka Tabariji menghadiahkan kepada ayah baptisnya Jordao de Freitas, pulau Ambon. Maka ayah Baptisnya itu kemudian mengirim keponakannya yang bernama Vasco de Freitas ke Ambon. Tetapi kemudian tidak ada berita-berita yang menulis tentang Vasco de Freitas sama sekali.

Setelah 10 tahun berlalu, maka Manuel Tabariji di izinkan pulang ke Ternate bersama-sama dengan ibunya yang juga sudah dibaptis dengan nama Isabella. Tetapi sayang sekali bahwa Manuel Tabariji meninggal dunia ketika mereka tiba di Malaka. Ibunya terus melanjutkan perjalanan ke Ternate dan terus menjadi pemeluk agama Kristen yang setia. Sambil menunggu kembalinya Manuel orang Portugis sudah menahan atau memenjarakan Hairun, namun setelah kematian Manuel yang begitu tiba-tiba mereka terpaksa mengeluarkan Hairun dari penjara dan menempatkannya di tahta Kerajaan Ternate.

Portugal mulai melancarkan ekspansi politik dan agamanya, dan ini berhasil dengan baik di pulau-pulau yang belum banyak disentuh seperti misalnya Morotai serta pulau-pulau lain di sekitarnya. Hairun sangat tidak menyetujui ekspansi Portugis ini, namun ia tidak bisa berbuat banyak karena benteng Portugis sangat kuat dan pengaruh mereka cukup besar. Disamping itu Portugis adalah pembeli rempah-rempah yang abik, sehingga Hairun pada saat itu belum dapat mengambil suatu tindakan. Maka Hairun bermuka dua. Selama di Ternate ia bertingkah selayaknya teman orang Portugis yang setia, tetapi di luar daripada itu ia tetap mengejar orang-orang Kristen dan membunuh mereka. Tetapi kecurigaan diantara mereka tetap besar, sehingga akhirnya pada tanggal 28 Pebruari seorang keponakan dari kapitan Portugis menikam Hairun dan membunuhnya. Pembunuhan ini merupakan akhir kekuasaan Portugis di Ternate. Portugis dikepung selama bertahun-tahun sampai akhirnya mereka harus melepaskan benteng mereka, ini terjadi pada tahun 1575. Maka sebagian orang Portugis melarikan diri ke Tidore dan sebagian lagi ke Maluku Selatan, yakni di Ambon.

Di Ambon mereka berusaha bangkit kembali dan terus melaksanakan misi dagang, menguatkan kedudukan politis mereka disamping menyebar agama Kristen.

0 komentar:

Agung 2015

Montage dibuat Bloggif

Buton 3

Buton 2

Molukken 2

Molukken

Wael Historian

Perjuangan terbesar bagi sejarahwan adalah membuktikan kebenaran sejarah secara ilmiah. hehe. ...Read More

Buton Island

Istriku



Daftar Blog Saya

Total Tayangan Halaman

Agung

Agung

Pengikut

About Me

Foto Saya
WAEL HISTORIAN
Seorang anak maritim yang dilahirkan di Dusun Terpencil di Pulau Seram Propinsi Maluku.
Lihat profil lengkapku

About


Tab 1.1 Tab 1.2 Tab 1.3
Tab 2.1 Tab 2.2 Tab 2.3
Tab 3.1 Tab 3.2 Tab 3.3

Iklan


Iklan

Iklan

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

Entri Populer

Entri Populer